Minggu, 07 November 2010

Merapi, Kapankah Kau Berhenti Berapi-Api?



Merapi terus-terusan menggemparkan negeri ini, sudah beberapa kali letusannya menimbulkan korban jiwa yang tidak sedikit. RS Sardjito mencatat sebanyak 84 orang meninggal dunia. Menurut Andi Arief, Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana, korban meninggal akibat letusan gunung Merapi terus bertambah. Sampai sore ini (Minggu. 7 November 2010), totalnya dilaporkan mencapai 144 orang.

Terhitung puluhan ribu eksodus dari kawasan sekitar Merapi, jarak awas 20 KM tentu saja membuat puluhan ribu lagi yang harus mengungsi. Belum lagi mempertimbangkan kerugian material yang terjadi, bukan tidak mungkin, secara ekonomi, Yogyakarta mengalami kolaps sampai dengan waktu yang belum dapat ditentukan.

Berbekal dari beberapa sumber, saya mencoba untuk memberikan pengertian dan cara pandang mengenai gunung berapi.

Siap? Kita mulai.

Sebelum berbicara mengenai gunung, kita berbicara mengenai struktur lapisan bumi yang terdiri dari 3 lapisan utama. Lapisan itu adalah Bumi, seperti yang terlihat pada gambar bawah, terdiri dari lapisan inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).



Core atau inti bumi berjarak antara 2900km - 5200km. Core yang terdiri dari inner core dan Outer Core. Inner Core ini yang terus bergerak memberikan panas untuk bumi. Suhu dari inner core ini diperkirakan sekitar 7000 derajat celcius. Inti luar berupa zat cair yang memiliki ketebalan sekitar 2250 km dengan derajat panas yang diperkirakan mencapai 6000 derajat celcius.

6000 derajat celcius berarti sama dengan suhu permukaan matahari, panas gila ya..?

Lapisan berikutnya adalah mantel/ mantle. Seperti namanya, mantel ini berfungsi untuk memantelkan/ membungkus inti bumi, terdiri dari lapisan tebal panas, batuan padat antara kerak dan inti besi cair. Mengandung komposisi yang kaya akan magnesium. Sama seperti Core, mantel juga memiliki 2 lapis, Mantle Luar (Outside Mantle) dan Mantel Dalam (Inner Mantle).

Mantel dalam berjarak antara 300 km sampai 2890 km, sedangkan mantel luar berjarak 10 - 300 km dari permukaan bumi. Suhu dari mantel ini sendiri dapat mencapai 3000 derajat celcius.

Inti dan mantel ini merupakan lapisan yang tidak bisa dilihat, berbeda dengan lapisan terluar yang seringkali kita injak




Kerak adalah bagian terluar bumi yang membungkus bumi dan menjadikannya kulit bumi atau dalam bahasa geologinya disebut litosfer. Kerak terdiri dari dua tipe, yaitu kerak benua, dan kerak samudera. Temperatur dari kerak naik seiring dengan makin dalamnya lapisan, dengan kata lain, makin dalam, makin hangat.

Litosfer inilah yang kemudian disebut-sebut sebagai lempeng bumi. Lempeng bumi ini mengalami pergerakan bahkan tabrakan antara satu dengan lainnya. Terdapat 7 macam lempeng utama di bumi;
* Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua
* Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua
* Lempeng Australia, meliputi Australia - Lempeng benua
* Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua
* Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut
* Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua
* Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

dan beberapa lempeng kecil lain.

Nah, lempeng-lempeng ini terus bergerak disebabkan karena kepadatan litosfer yang lebih solid ketimbang lapisan pendukungnya si astenosfer. Jadi istilahnya kayak batu apung yang ngambang di air.




Pelepasan panas dari mantel yang menyusup ke atas juga menambah daya energi lempeng untuk terus bergerak-gerak. Ini sebabnya posisi gunung berapi itu tidak pernah tetap. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, saya menyaksikan dengan mata kepala saya sendiri, bahwa gunung Tangkuban Perahu mengalami perpindahan posisi (kalau bukan area permukiman rumah saya yang berpindah).

Nah, pemetaan dari lempeng-lempeng itu dapat kita lihat digambar berikut



Lempeng-lempeng yang terus bergerak ini, bertabrakan dan bertubrukan satu sama lain. Akibat dari tabrakan lempeng yang berada di samudera itu yang menyebabkan tsunami, bencana air pasang tiba-tiba datang dalam bentuk gelombang besar dan bisa mencapai 5 meter.

Diantara lempeng itu sudah pasti terdapat rongga/ celah yang berkibat kesempatan buat magma yang berasal dari perut bumi, naik keatas dikarenakan oleh tekanan gas yang tercipta dari panasnya inti bumi yang mencapai 6000 derajat celcius tadi.

Celah yang tercipta antar lempeng-lempeng penyusun kulit bumi ini yang kita sebut sebagai "Ring of Fire". Namanya memang keren, tapi wajib kita lihat apa konsekuensi dari tinggal di dalam ring of fire atau disebut juga sebagai Sabuk Gempa Pasifik.




Nah, bisa dilihat sendiri digambar, bahwa Indonesia, utamanya pulau Jawa dan pesisir barat Sumatera merupakan kawasan dari ring of fire yang paling banyak warna merahnya. Artinya aktivitas seismik yang disebabkan oleh pergerakan lempeng itu paling banyak. Itu juga yang membuat banyaknya gempa dan letusan gunung berapi di negeri ini.

Perlu diketahui juga bahwa letusan satu gunung berapi biasanya berdampak sama terhadap gunung berapi lainnya. Lagi-lagi ini konsekuensi yang tidak enak dan menyebabkan anak Krakatau naik statusnya jadi Siaga.

Sebenarnya yang paling penting adalah, mengetahui sampai seberapa lama satu gunung berapi bisa terus-menerus meletus. Tidak pernah ada angka yang pasti karena timeframe yang presisi dari gerakan lempeng sulit untuk diprediksi. Meski begitu beberapa ahli dapat memprediksi arah pergerakan lempeng. Berdasarkan informasi, gempa Mentawai sudah diprediksi sekitar 9 bulan sebelumnya oleh seorang ahli dari irlandia. Bisa dibaca disini

Sejarah mencatat waktu yang berbeda-beda untuk tiap letusan gunung berapi.



Mauna Loa gunung berapi terbesar di planet ini. Terletak di Kepulauan Hawaii dan menurut ilmuwan telah meletus selama setidaknya sejak 700.000 tahun yang lalu. Letusan yang terakhir terjadi pada tahun 1984 ketika gunung berapi meletus dari 24 Maret - 15 April, selama 23 hari.





Gunung Vesuvius di Italia telah meletus berkali-kali. Letusan paling terkenal terjadi pada tahun 1979. Ketika itu selama dua hari gunung itu meletus keras dan menghancurkan kota-kota Pompeii dan Herculaneum. Menurut saksi mata yang selamat, bencana letusan ini hanya berlangsung selama 18 sampai 20 jam





St. Helens di Washington, Amerika meletus pada 18 Mei 1980. Sebanyak 57 orang tewas oleh peristiwa ini dan kerusakan senilai miliaran dolar untuk daerah sekitarnya. Letusan yang disertai gempa bumi ini berlangsung selama 2 bulan.




Krakatau merupakan letusan dahsyat gunung berapi yang terjadi di abad modern. Kejadiannya berlangsung pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat menyebabkan awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sumber lain menyebutkan tsunami yang dihasilkan diperkirakan telah menewaskan sebanyak 120.000 orang di wilayah tersebut.

Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Bagaimana dengan Merapi? Sampai berapa lamakah akhirnya ia akan berhenti bergejolak? Beberapa jam lalu, melalui akun twitternya, Andi Arief kembali mengumumkan sudah 100 jam berlalu semenjak letusannya yang pertama. Berapa lama lagikah...?