Minggu, 24 Oktober 2010
"Ini Kepala Polisi Baru Kami, Seorang Wanita yang Belum Lulus Kuliah..!"
"Senjata yang kita miliki adalah prinsip-prinsip hak kesamaan dan nilai-nilai, yang merupakan senjata terbaik untuk mencegah kejahatan."
Ada seorang kepala polisi baru di perbatasan Meksiko yang penuh dengan kekerasan dimana kartel obat bius telah membunuh para pejabat publik dan membuat takut banyak warganya. Ia adalah seorang wanita berusia 20 tahun yang belum tamat menyelesaikan pendidikan kriminologi nya.
Marisol Valles Garcia, mahasiswi, ibu satu anak, yang baru saja dilantik untuk membawa hukum dan ketertiban ke kota dengan populasi penduduk sekitar 8.500 orang. Kota yang telah berubah dari wilayah dengan mayoritas masyarakat petani yang tenang ke negeri tanpa hukum. Kepala polisi pendahulunya ditembak mati pada bulan Juli 2009. Setelah setahun kekosongan terjadi, karena tidak ada yang berani untuk menjadi kepala polisi, akhirnya Marisol naik mengisi posisi yang lelaki saja tidak mau, di kota bagian utara Meksiko tersebut.
Praxedis G Guerrero, kota yang memang dikenal sangat berbahaya karena praktis di bawah kuasa dua kartel obat bius, yaitu Juarez dan Sinaloa. Dua geng saingan ini telah ”berjuang” untuk mengendalikan jalan raya tunggal, sebuah rute perdagangan obat yang menguntungkan di sepanjang perbatasan Texas.
Garcia yang beparas ayu dan enerjik yang hanya berpengalaman bertugas sebagai sekretaris departemen kepolisian ini mengatakan, ia menginginkan 13 nya petugas untuk membantunya menjalankan tugas. Ia berencana untuk mempekerjakan lebih banyak wanita (dia saat ini memiliki tiga) dan menetapkan masing-masing petugasnya di tiap lingkungan di kota tersebut untuk melakukan pendekatan yang berbeda. Pendekatan yang ia lakukan adalah berkomunikasi lebih dengan keluarga/ penduduk, mempromosikan nilai-nilai hak sipil dan mendeteksi potensi kejahatan sebelum terjadi.
Metode yang sangat sederhana yang ia terapkan: "Tim kami diluar sana akan bekerja dari rumah ke rumah untuk mencari penjahat. Dan apabila tidak terdapat indikasi tindak kejahatan disitu, kami akan berusaha untuk mengajarkan nilai-nilai yang berharga kepada keluarga itu.." katanya dalam penampilan resmi pertamanya. "Pekerjaan ini ... sederhana, didasarkan atas nilai-nilai, prinsip dan pencegahan kejahatan di tiap rumah.."
Garcia menugaskan dua pengawal tetapi mereka tidak akan membawa senjata. Dia akan menyerahkan keputusan untuk kebijakan penggunaan senjata dan taktik kepada walikota, Jose Luis Guerrero.
Dia tidak menjawab pertanyaan mengenai alasan mengapa dia melakukan pekerjaan itu. Bahkan ketika banyak orang meragukan kapasitasnya.
Tapi Guerrero telah meminta usulan warga tentang bagaimana cara membuat kota lebih aman, dan saat itu juga ia menjadi sangat menyukai Garcia. Guerrero menawarkan pekerjaan kepala polisi kepada Garcia dan Garcia pun tidak menolaknya. Garcia menerima pekerjaan itu karena rasa cintanya akan kota yang telah ia tempati selama 10 tahun.
Apakah keputusan nya adalah berani atau nekat, penunjukan menunjukkan bagaimana putus asa situasi telah menjadi di Lembah Juarez. Penduduk setempat mengatakan, geng-geng obat terlarang biasa berkonvoi malam-malam di kota dengan mobil jenis SUV ataupun pikap, dengan menenteng senapan serbu dan bahkan senapan jitu kaliber 50.
Seorang asisten wali kota dekat El Porvenir dan Wali Kota Distrito Bravos baru saja dibunuh, bahkan setelah mereka berlindung di dekat Ciudad Juarez.
Para bos kartel narkoba di sejumlah tempat di Meksiko membunuh dan menyerang para kepala polisi beserta anak buahnya, atau "membeli" mereka.
"Mari berharap, ini bukan tindakan sembrono dia," ujar Miguel Sarre, professor yang mendalami soal penegakan hukum Meksiko, di Autonomous Technological Institute of Mexico. "Polisi kota tidak dapat melindungi dirinya dari kekuatan besar seperti itu (kartel obat)." Dua tahun lalu, sebanyak delapan petugas berhenti karena ketakutan dan hanya menyisakan tiga orang ketika Valles Garcia mengambil alih. Ia mempekerjakan 10 dan berencana untuk menambah lima anggota baru.
Presiden Meksiko Felipe Calderon mengakui, masalah yang dihadapi polisi yang bahkan perwiranya saja hanya bergaji 4.000 peso atau sekitar Rp 2,8 juta per bulan.
"Di sini, semua orang takut, dan apa pun yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa takut akan sangat baik," kata Fidel Vega, seorang karyawan SPBU 46 tahun. "Anda dapat melihat bahwa gadis ini memiliki keinginan untuk menyelesaikan sesuatu." Katanya lagi dengan nada optimis.
Teman-teman bloggers, tidak mudah memang untuk bisa membuat suatu perubahan pada sebuah komunitas/ kelompok. Tetapi seringkali kunci untuk mengubah sesuatu yang keliahatannya sulit diubah adalah dengan cara menanamkan dan melakukan hal-hal yang bersifat sederhana. Selamat hari senin.
Sabtu, 09 Oktober 2010
Journal (MOVIE) Wallstreet, (Are You Sure) Money Never Sleeps..
"A fisherman always sees another fisherman from afar."
Ceritanya dimula dengan bebasnya Gordon Gecko (Douglas), seorang multijutawan yang sangat kaya lewat investasi saham. Gordon yang baru saja keluar penjara, namun tidak seperti tahanan lain yang bebas hari itu. Tidak ada seorangpun yang menjemputnya. 20 bergerak ke waktu 20 tahun kemudian, saat putri dari Gecko yang sedang dimabuk asmara dengan Jake Moore (Lebouf). Seorang pialang perdagangan saham yang bekerja di wallstreet.
Konflik terjadi manakala Moore kehilangan bos sekaligus mentornya yang bunuh diri akibat menurun drastisnya harga saham perusahaan tempat Moore bekerja. Diduga musuh mentornya, Bretton Woods (Josh Brolin)lah yang menyebabkan ia bunuh diri. Konflik lain terjadi lagi saat Gecko dengan kerakusannya, mengambil seluruh uang putrinya senilai 100 juta USD yang sedianya akan di investasikan oleh Moore kedalam industri blue energy.
-------------------------------------------------------------------------------------
Satu hal yang membuat saya ingin sekali menyaksikan film ini sejak awal kemunculan teaser-posternya sekitar awal 2010 lalu, adalah situasi perdagangan bursa wallstreet yang sangat hectic, sangat 'jahat', bahkan bagi beberapa orang sangat nggilani.
Gecko seperti halnya dunia investasi, adalah dunia keji yang tidak mengenal belas kasih. Semua tertuju pada satu pencapaian saja: Uang yang sangat banyak. Saya bisa katakan, film Wallstreet 2: Money Never Sleeps berhasil meraih rasa penasaran saya - entah dengan yang lain - karena kembalinya Douglas, dan karena rasa rindu saya akan industri bursa dan layar yang menunnjukkan angka dan grafik-grafik.
Dan saya berani bertaruh, alasan lebih banyak orang menyaksikannya karena Shia, aktor muda 24 tahun yang sukses dengan block-busters movienya.
Karena sejujurnya, dunia perdagangan saham adalah dunia yang tidak terlalu diminati begitu banyak kalangan terpelajar dan awam.
Sejujurnya juga saya tidak mendapat apa yang saya ekspektasikan saat menonton film ini. Saya tidak mendapat greget yang sama ketika menyaksikan Wall Street pertama yang juga diperankan oleh Douglas dan Charlie Sheen, yang nyata-nyata justru memberikan inspirasi dan alasan lebih untuk ada di industri itu.
Wallstreet 1 dan 2 sama-sama memberikan satu nilai: Keluarga jauh lebih penting dan ketimbang gelimangan harta. Hanya saja, wallstreet 2 ini tidak memberikan gambaran yang saya inginkan tentang sekuelnya. Kurang wallstreet. Terlalu humanis. Terlalu menampakkan sisi kemanusiaannya ketimbang "stock-passion"nya. Satu kejutan yang tak terduga, munculnya Buddy Fox (Sheen) dalam sekuel ini sambil berkata: "So, does Blue Horseshoes still Loves Annacott Steel?" membuat saya sedikit terkekeh. Kalimat dari film pertama yang selalu saya ingat: "As much as I wanted to be Gordon Gekko... I'll always be Bud Fox.."
Anyway, check out this coolest picture about Oliver's Stone's Wallstreet, the old and new ones.
Aktor-aktris utama "Money Never Sleeps"
Dua generasi berbeda dari Wallstreet
Wall Street, dulu dan kini
Gecko, different hair colour, different style, different year, same greed.
Nah, sekarang saya punya pertanyaan. Jika dua orang ini ditandingkan, siapa kira-kira yang akan menang ya..? :)
Jadi, saran saya adalah, jika Anda memiliki waktu lebih untuk sebuah film yang bersinggungan dengan dunia keuangan, sambil dibumbui oleh nilai kekeluargaan, film ini boleh dijadikan pilihan -sepanjang Anda tidak membandingkannya dengan yang pertama-. Tetapi, jika Anda menyaksikan film ini hanya untuk melihat imut-imutnya wajah Shia Lebouef dan berharap mendapatkan sensasi yang sama dengan Transformer ataupun Disturbia, lupakanlah film ini.
Langganan:
Postingan (Atom)