Sabtu, 31 Juli 2010
Dampak Positif Keberadaan Mall
Ada satu hal baik yang baru saja saya suka dari Dewan kita di Senayan. Mereka sepakat untuk tidak memberikan izin bagi pengembang mendirikan mall baru disitu. Mereka menyetujui dibangunnya Ruang Terbuka Hijau. Ini keputusan yang baik dan merupakan sebuah kemajuan karena dapat dijadikan sebuah indikasi meningkatnya kesadaran akan kebutuhan ruang selain mall.
Akan tetapi, seburuk itukah 'nilai' sebuah mall? Faktanya bahwa mall dapat memberikan beberapa kontribusi positif terhadap negara ini. Kita lihat beberapa diantaranya :
1. Mall memberikan peningkatan pendapatan negara dalam bentuk pajak, karena adanya aktivitas ekonomi disitu. Aktivitas ekonomi yang terjadi juga bukanlah main-main karena faktor penggerak transaksi kaum urban yang datang ke mall sudah tentu didominasi kalangan menengah ke atas. Sejatinya mereka bisa mengeluarkan lebih dari 100rb rupiah untuk setiap kedatangan mereka ke pusat perbelanjaan (akumulasi dari parkir, belanja, makan dan minum, atau kegiatan lain seperti nonton bioskop).
Ini adalah hal yang sangat menggiurkan terutama untuk pemerintah kita sebagai pendapatan negara. Meningkatnya jumlah orang kaya di tahun 2010 ini dan memboomingnya industri kreatif dapat turut mendongkrak psikologis manusia untuk berbelanja. Berbelanja hal-hal yang mungkin tidak terlalu mereka butuhkan.
2. Setiap pendirian mall berarti penyerapan tenaga kerja baru. Setiap pertumbuhan ekonomi sebesar 1% hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 250.000 - 300.000 orang tenaga kerja. Masih belum bisa menutupi angka jumlah pengangguran sebanyak 10 juta orang lebih di Indonesia. Pertanyaannya adalah, tenaga kerja manakah yang akan diserap oleh Mall? Tenaga kerja penduduk dengan KTP DKI Jakarta? Ataukah tenaga kerja Bodetabek yang notabene akan menambah jumlah komuter ke Ibukota?
3. Mall adalah sebuah lambang pengakuan. Pengakuan dari pihak-pihak; terutama tenant (terlebih jika tenant berasal dari luar negeri) bahwa iklim investasi di Indonesia baik. Menurut indeks investasi dunia, Indonesia masuk dalam peringkat 17 negara yang dapat dijadikan tempat berinvestati. Menyusul kenaikan harga IHSG yang nyaris menembus angka 3000, adalah indikasi-indikasi lain yang menunjukkan bahwa secara makro, negara ini memiliki fundamental ekonomi yang kuat.
Lain kali, saya akan bercerita mengenai dampak buruk kehadiran mall bahkan bagi ekonomi negara itu sendiri. :)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
memang benar sekali bung wibi...semua dampak-dampak positif ekonomi itu
BalasHapusTapi alangkah sangat baik apabila bentuknya (secara fisik) tidak begitu..
keberadaan mall di Jakarta itu tidak ubahnya seperti privatisasi ruang publik, tidak jujur, exclusive, semua yang terjadi didalamnya banal.
Dan pengelola mall (pusat perbelanjaan) menjadi biang keladi sekaligus bertanggungjawab atas pergeseran makna-makna yang seringkali digunakan pada pusat perbelanjaan akhir-akhir ini.
seperti Mall, Plaza, Junction, dll.
Peristiwa pergi dari mall ke mall menggunakan mobil sudah lumrah, dikarenakan pembangunan kota (contoh;Jakarta) yang "car-oriented development" praktis membuat masyarakatnya (terpaksa) enggan menapakkan kedua kakinya di tanah Kota-nya sendiri, diganti dengan 'keempat kakinya'.
Dan idealnya sebuah mall diletakkan di daerah pinggiran kota, sementara pasar tradisional di tengah kota untuk menjaga persaingan yang sehat antara keduanya.
Disamping semua hal-hal yang saya sebut diatas saya setuju, memang memberi dampak besar pada ekonomi.
cheers, ;)