Minggu, 27 Desember 2009

Gempa Padang

Sebagai staf di unit kerja salah satu departemen teknis, saya bersama dengan beberapa orang lainnya ditugaskan untuk melakukan verifikasi kerusakan pada bangunan di kota Padang yang diakibatkan oleh gempa yang lalu. Tim kami bernama Tim Verifikasi Gempa Sumbar (tentu saja..).

Pada saat kami tiba disana (medio Oktober 2009), keadaan yang kami temui tidak berbeda dengan apa yang sudah kami lihat di televisi sebelumnya. FYI, beberapa dari kami juga menjadi tim verifikasi untuk gempa Jabar. Hanya sebagian kecil saja yang sudah melakukan perbaikan pada bagian yang non struktural. Latar belakang pendidikan saya bukanlah teknik sipil seperti kebanyakan anggota tim yang lain. Hanya saja, pemikiran secara logis mengenai keterkaitan antara struktur 1 dan yang lain dapat di analisa dengan gamblang.

Hampir semua kerusakan (atau kehancuran) yang kami temui di lapangan diakibatkan oleh buruknya sistem struktur yang ada. Sebagian besar terjadi pada bagian kolom ; mulai dari retak, "meledak", hingga hancur.

Berikut adalah beberapa dari bangunan yang saya verifikasi beserta tim. Masjid Nurul Falah, masjid yang terletak di daerah perbatasan Kota Padang. Bangunan ini memiliki bentuk denah yang cukup "unik". Dari luar, tampak tidak ada permasalahan yang berarti selain retak-retak pada selimut/ dinding.





Seperti contoh adalah salah satu kolom (atau tiang untuk kata yang lebih umum), mengalami keretakan dikarenakan tanah mengalami penurunan ketinggian karena gempa.



Jenis kerusakan ini tidak dapat dilakukan apa2 lagi, kecuali meminta pihak pengelola untuk mendatangkan konsultan struktur, karena rekomendasi kami tetap bangun ulang bangunan, karena kami khawatir keadaan yang demikian akan membahayakan bagi warga yang melakukan ibadah.

Ada juga kerusakan yang diakibatkan oleh buruk (or even worse, tidak adanya) ikatan atas (ring balk) pada bangunan. Hal ini biasanya terjadi pada bangunan-bangunan yang mengalami penambahan luas, tetapi kehancuran nya terjadi justru pada bangunan tambahan tersebut. Bangunan utama tetap berdiri kokoh dan baik-baik saja.



Foto diatas menunjukkan hal tersebut. Parah, tidak ada ring balok.. Hal ini mengakibatkan bangunan menjadi tidak kaku, and in the end, roboh. Seperti pada contoh gambar dibawah.



FYI, bangunan sebelah kiri adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal/ rumah. Bangunan yang roboh (sebelah kanan) adalah bangunan tambahan yang berfungsi sebagai kantin. Karena rumah ini berlokasi di dalam kompleks Poltekes di Padang.

Untuk tipikal kerusakan seperti ini, kami sarankan untuk menggunakan ring balk agar bangunan menjadi lebih kaku. Punya tiang yang besar dan kuat, punya balok segede2 gaban, gada artinya kalo gak kaku. Disenggol ama gempa bisa2 langsung roboh dalam itungan detik. Perkuatan pada ikatan merupakan advise kami.

Contoh lainnya adalah pada Gedung Joang 45. Gedung ini merupakan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah. Dengan kata lain, biaya pemeliharaan rutin nya didanai oleh pemerintah setempat. Dengan kata lain, ni gedung dibayarin ama pemerintah kota padang untuk ngebenerin kerusakan2nya dan perawatan rutinnya.




Tidak ada kerusakan yang sifatnya struktural. Kerusakan hanya terjadi di lantai dua (bangunan ini memiliki 2 lantai), dan itu pun hanya terjadi pada plafond dan jendela kaca.




Betapa luar biasanya, pada lokasi yang sama dengan Gedung Joang 45, tepat dibelakangnya terdapat Gedung Dewan Harian Daerah Badan Pembudayaan Kejuangan 45 yang roboh. Aseli roboh bo'.. gak tanggung2..







Beberapa foto disini sedikit banyak merepresentasikan apa yang saya dan tim kerjakan disana. Karena waktu itu kami bekerja by order dan tenggat waktu yang diberikan oleh koordinator utama sangatlah sempit.

Mohon maaf buat rekan2 yang kebetulan membaca ulasan ini dan kurang memahami penjelasan teknis melalui foto2 yang diupload. Maksud saya adalah untuk sekedar bercerita dan memberi arahan juga bila suatu saat nanti anda membangun rumah (bagi anda yang belum memiliki rumah atau menambah jumlah rumah), agar memperhatikan aspek struktur.

Ya, estetika bangunan memang penting. Kenyamanan dan aksesibilitas juga tak kalah penting. Akan tetapi faktor keselamatan tetap menj!adi prioritas utama. Jangan lupa bahwa negara kita masuk dalam alur sabuk gempa (apalah namanya itu..) sama seperti Jepang. Akan tetapi Jepang bs bertahan dan maju. Kita juga pasti bisa.


Tetap semangat! Nantikan kisah perjalanan saya berikutnyaaa..! :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar